Minggu, 30 September 2012

Untukmu… Sang Ilusi!


Untuk yang terlintas maya
Sang ilusi…!
Takdir kembali berkedip, menyapa rasa yang terus mencipta gurau
Goresan usang pada jiwa, merupa tanda bahwa aku tlah lama mencinta
Tanpa sapa, juga tulus senyum raga
Tanpa suara atau nada, hanya hening yang sesaat sering terlihat menyapa

Ku kembali terhenyak
Batinku kembali terkoyak
Karena nyata tiba-tiba menyentak

Benar tak kusangka…
Sosok yang kulukis dengan diam, wibawa, dan
tertawa dalam kesendiriannya
Nyatanya silang belaka
Sesaat setelah mata mengadu sendu

Sang maya, tak sendiri…!!!

Nafasku sengal, berirama dengan retina yang terus nakal
Hati, terus tersulut emosi yang dikobarkan hasut sang diri
Sang maya tak sedang menikmat penat
Karena ia tengah menjadi pusat
Bagi kunang-kunang liar yang melingkar pada orbit edarnya

Rupa jiwa makin tak karuan
Juga tak mampu lagi ku-label tentram.

Kamis, 27 September 2012

Hati Yang Gagap

           Aku disini.
Menikmat lelah dalam lelap sekejap
Tapi pikir ini selalu saja nakal
Pergi entah kemana tuk berkhayal
Sedang mata ini kembali nanar
Melihat celah dalam sudut gelap tiada harap
 Kembali otak ini berkolusi
Memvisualisasi dalam nyata raut wajah ilusi
Terbayang tatap yang menutup segala harap
Terganti oleh hening, sunyi, senyap

           Hati ini kembali gagap.
Terbata membuka luka yang belum sempurna hilang
Merobek kembali hingga pedih bebas melayang
Merasuk masuk dan mengacau dengan berang

Tapi sayang...
Tak bisa rasa ini menghilang
Karena kugenggam ia dengan penuh kesetiaan
Meski kau berkali-kali menamparku tuk lepaskan

Sabtu, 22 September 2012

Sebuah Tabu

entah bagaimana cara kau masuk dalam hati ini
sekelebat saja rasa ini membuncah,
memenuhi sel-sel otakku yang hampir saja beku.
mengucupkan pepatah-pepatah syahdu
yang melingkar jadi melodi dalam anganku.
"Aku Mencintamu, Titik!"
sebuah kutipan judul puisi kau
persembahkan malam itu.
dengan tanya yang masih mengiang memenuhi
langit-langit kamar malam itu.
*esoknya*
kau suguhkan banyak kejutan untuk hatiku.
dan hati ini berkata bahwa kau
bentuk nyata dalam tarian penaku.

tapi kini?!
begitu saja kau pergi....
menghilang kala angan menerawangkan namamu.
menyisa luka yang belum sempurna rapi terbungkus.